Page 52 - Bergerak Lebih Cepat dengan Karya Terbaik
P. 52

  #Purpose Passion
 Quiet Quitting:
Fenomena Lintas
Generasi
Meski baru ramai dibicarakan, quiet quitting nyatanya bukanlah sebuah fenomena baru.
Oleh Tim Redaksi
 “Your worth as a person is not defined
by your labor.” Seorang engineer muda berusia 20-an, Zaid Khan, mengunggah video dan kata-kata tadi di akun TikTok-nya. Video itu dengan cepat mendapatkan respon yang beragam dan memulai istilah quiet quitting. Sudah hampir setahun istilah ini meramaikan media sosial. Lalu apa sebenarnya quiet quitting itu?
Mengutip Investopedia, quiet quitting adalah sebuah keadaan ketika seseorang melakukan pekerjaannya
di batas minimum. Tidak memberikan waktu, usaha, atau antusiasme lebih dari yang diperlukan. Membaca definisi tadi tentunya akan membuat Anda sadar bahwa sebenarnya ini bukanlah sebuah fenomena baru. Namun memang baru banyak dibicarakan (khususnya di media sosial) setahun terakhir ini.
Sebelum membuat judgment negatif terhadap fenomena quiet quitting, kita harus melihat alasan di baliknya.
Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi fenomena ini tapi yang paling dominan adalah keinginan untuk mencapai work-life balance.
Melansir The New Yorker, jika kita melihat ke belakang, fenomena di dunia pekerjaan juga terjadi di lintas generasi. Generasi baby boomers melihat pekerjaan sebagai penghalang dalam aktualisasi diri. Mereka berusaha mencari nilai di luar struktur organisasi.
Ketika Generasi milenial lahir, mereka diarahkan untuk mencari pekerjaan yang mereka sukai. Kejar passion, tapi jangan lupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Pekerjaan menjadi alat untuk mencapai tujuan hidup.
Kemudian hadirlah Gen Z. Mereka melangkah masuk ke dunia kerja dengan batasan kabur antara dunia maya dan dunia nyata. Segala hal di kehidupan personal mereka dapat dijadikan konten yang kemudian bisa dimonetisasi.
Ketika pandemi melanda, disrupsi dunia kerja menjadi nyata. Email, chat, online meeting, semuanya dilakukan di ruang-ruang pribadi. Ketika hal-hal tersebut menginvasi lingkungan personal, maka tidak heran jika kemudian mereka memerlukan batasan antara kehidupan personal dengan pekerjaan. Yang kemudian populer dengan nama quiet quitting.
Yang harus diperhatikan adalah melakukan pekerjaan di batas minimum dan tanpa antusiasme akan membuat Anda tidak dapat menikmati waktu yang dialokasikan untuk bekerja. Waktu itu tentu saja tidak sedikit, minimal 8 jam dalam sehari. Cara mengatasinya, cari tahu penyebab Anda merasa burnout atau “kehilangan passion”, atasi dengan cara berkonsultasi dengan teman/ahli atau mencari sumber-sumber daring yang terpercaya. You are the resourceful generation after all.
46 #IMVID

















































































   50   51   52   53   54